Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Materi Sejarah Pemberontakan PKI Madiun 1948

08:11 Add Comment
Materi Sejarah Pemberontakan PKI Madiun 1948

Latar Belakang

Pemberontakan PKI Madiun 1948 diawali dengan adanya sebuah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang diteken oleh Mohammad Hatta sebagai wakil presiden. Maklumat tersebut berisikan tentang pemberian kesempatan untuk membentuk partai politik kepada masyarakat.

Celah adanya maklumat tersebut dimanfaatkan oleh kelompok sosialis dan komunis untuk mendirikan Partai Komunis Indonesia. Dengan pimpinan Mr. Moh. Jusuf, Partai Komunis Indonesia resmi berdiri pada tanggal 7 November 1945. Dibalik pendirian partai tersebut, terdapat tokoh-tokoh yang mendukung Partai Komunis Indonesia tersebut antara lain :

  • Muso,
  • D. N. Aidit,
  • Sudisman,
  • Suripno,
  • Amir Sjarifuddin,
  • M. H. Lukman,
  • Nyoto.

Muso memiliki peran penting dalam pembentukan Partai Komunis Indonesia, Muso merupakan pemimpin Partai Komunis Indonesia tahun 1920 yang berkedudukan di Uni Soviet sejak tahun 1926. Muso bersama Amir Sjarifuddin merangkai kembali kelompok sosialis dan komunis yang terpecah ke dalam suatu wadah Partai Komunis Indonesia.

Selain itu Muso juga merekrut mantan-mantan anggota tentara yang dipecat karena kebijakan Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (RERA) oleh Mohammad Hatta. Rekrutan mantan-mantan anggota tentara tersebut dijadikan Partai Komunis Indonesia sebagai sayap bersenjata. Setelah merasa Partai Komunis Indonesia kuat, maka Partai Komunis Indonesia mulai berani untuk mengecam kebijakan politik dan pertahanan nasional pemerintah.



Pemberontakan

Partai Komunis Indonesia mulai melancarkan pemberontakannya, pada bulan September 1948 Partai Komunis Indonesia melakukan pertempuran senjata secara terbuka dengan pemerintah yang terjadi di Surakarta. Namun Partai Komunis Indonesia berhasil dipukul mundur oleh pasukan pemerintah. Pasukan pemerintah yang berhasil memukul Partai Komunis Indonesia merupakan Divisi Siliwangi yang baru saja tiba dari Jawa Barat. Selanjutnya Partai Komunis Indonesia kemudian mundur dan mengungsi ke Madiun.


Selanjutnya Partai Komunis Indonesia mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional untuk daerah Karisidenan Madiun pada 18 September 1948. Selanjutnya pemerintah merespon hal tersebut dengan menyiarkan radio untuk ditujukan kepada rakyat Indonesia untuk memilih Partai Komunis Indonesia atau pemerintah yang diserukan oleh Presiden Soekarno pada 19 September 1948. Hal ini menyebabkan timbulnya konflik bersenjata antara Partai Komunis Indonesia dengan pendukung pemerintah Indonesia. Konflik inilah yang dikenal dengan Madiun Affairs.



Penumpasan

Penumpasan terhadap pemberontakan Partai Komunis Indonesia dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan operasi militer di kawasan Madiun. Operasi militer ini dilakukan dengan dukungan Divisi Siliwangi I dan Divisi Siliwangi II. Divisi Siliwangi I dipimpin oleh Kolonel Sungkono yang menyerang dari arah timur. Sedangkan Divisi II dipimpin oleh Kolonel Gatot Soebroto yang menyerang dari arah barat. Pasukan Divisi II ini mendapatkan bantuan pasukan dari Mobile Brigade Besar (MBB) Jawa Timur di bawah pimpinan M. Yasin.

Dalam jangka waktu dua minggu operasi militer, akhirnya pada tanggal 30 September 1948 pasukan Divisi Siliwangi mampu merebut kembali Kota Madiun. Pasukan Divisi Siliwangi I dan Divisi Siliwangi II bertemu di Hotel Merdeka Madiun. Ribuan pendukung Partai Komunis Indonesia berhasil ditumpas mati, dan sekitar 36 ribu pendukung Partai Komunis Indonesia dipenjara. Selanjutnya 2 bulan kemudian operasi militer ini dinyatakan telah selesai.

Namun beberapa tokoh Partai Komunis Indonesia berhasil melarikan diri seperti D.N. Aidit ke Tiongkok dan M.H. Lukman ke Vietnam. Muso tewas oleh tentara pemerintah Indonesia. Selain itu Amir Sjarifuddin ditangkap dan dihukum mati pada 20 Desember 1948. Hukuman mati yang diberikan atas perintah Kolonel Gatot Soebroto.

Materi Sejarah Zaman Hindu-Buddha Kerajaan Kalingga

00:59 Add Comment
Materi Sejarah Zaman Hindu-Buddha Kerajaan Kalingga

Letak Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga atau memiliki nama lain Holing merupakan sebuah kerajaan yang didirikan sekitar abad ke-7. Namun letak keberadaan kerajaan ini belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa pendapat tentang letak keberadaan kerajaan ini mulai muncul antara lain :

1. Pendapat J. L. Moens,
J. L. Moens mengemukakan pendapat melalui peninjauan dari segi ekonomi khususnya perdagangan dan pelayaran, Selat Malaka yang disebut J. L. Moens merupakan yang diyakini wilayah Kerajaan Kalingga berdiri dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat yang strategis dan ramai dalam hal pelayaran dan perdagangan. Hal tersebut didukung dengan ditemukannya daerah di Semenanjung Malaya yang memiliki nama Keling.

2. Berita Cina Dinasti Tang.
Berita Cina menyatakan bahwa letak keberadaan Kerajaan Kalingga dibatasi oleh laut di sebelah selatan, dibatasi Tan-Hen-La atau Kamboja di sebelah utara, dibatasi oleh Po-Li atau Bali di sebelah timur, dan dibatasi oleh To-Po-Teng di sebelah barat. Berdasarkan isi dari Berita Cina ini dapat diperkirakan letak Kerajaan Kalingga berada di Pulau Jawa, sekitar Jawa Tengah.



Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga

Sumber Prasasti
1. Prasasti Sojomerto,
Prasasti Sojomerto merupakan prasasti Kerajaan Kalingga yang berisikan informasi tentang keluarga Dapunta Selendra, ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, dan istrinya bernama Sampula. Dapunta Selendra merupakan tokoh yang menjadi cikal bakal raja keturunan Wangsa Syailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Prasasti ini ditemukan sekitar abad ke-7 M di daerah Sojomerto, Reban, Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan aksara Kawi dan menggunakan bahasa Melayu Kuno serta bersifat keagamaan Siwais.


2. Prasasti Tukmas.
Prasasti Tukmas merupakan prasasti Kerajaan Kalingga yang berisikan informasi tentang mata air yang jernih dan bersih, mata air tersebut mengalir di dalam sungai yang disamakan dengan Sungai Gangga di India. Prasasti tersebut juga memuat tentang gambar-gambar cakra, kapak, trisula, bunga teratai, kendi, dan kelasangka yang merupakan gambar yang menjadi lambang keeratan hubungan antara manusia dengan dewa-dewa Hindu. Prasasti ini ditemukan di sekitar lereng barat Gunung Merapi, Lebak, Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dengan bahasa Sansekerta.




Berita Cina
Berita dari Cina yang berasal dari Pendeta I-Tsing yang menyatakan bahwa pendeta Hwining dan Yunki yang merupakan pembantu pendeta Hwining pergi ke Holing dalam rangka mempelajari agama Buddha pada tahun 664 M. Mereka juga menerjemahkan kitab suci agama Buddha yang semula berbahasa Sansekerta menjadi bahasa Cina. Kitab yang diterjemahkan oleh mereka merupakan bagian terakhir dari kitab Varinirvana yang menceritakan tentang pembukaan jenazah sang Buddha.



Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi di Kerajaan Kalingga dalam bidang pertanian dan perdagangan memegang peranan penting. Khususnya bagi masyarakat Kerajaan Kalingga yang tinggal di wilayah pesisir pantai utara, memiliki mata pencaharian utama sebagai pedagang, hal ini dikarenakan tempatnya yang cukup strategis untuk disinggahi oleh pedagang-pedagang luar negeri. Komoditas yang terkenal dari Kerajaan Kalingga antara lain gading, cula badak, emas, perak, dan kulit penyu.


Keadaan Politik

Keadaan politik Kerajaan Kalingga dipimpin oleh seorang raja putri yang memiliki nama Ratu Sima. Ratu Sima dalam menjalankan pemerintahannya dikenal memiliki sifat bijaksana, tegas, dan adil. Hingga terkenal memiliki sifat yang tegas, dalam pemerintahannya tidak seorang pun rakyat maupun pejabat yang berani melanggar perintahnya. Berdasarkan Berita Cina, Ratu Sima memerintah pada  tahun 674 M. Di dalam berita tersebut juga disebutkan bahwa pemerintahan tersebut terlaksana dengan tegas, bijaksana, dan jujur. Bahkan Raja Tache ingin menguji kejujuran dan hukum yang berlaku disana dengan meletakan pundi-pundi harta uang dinar di jalanan, sampai tiga tahun lamanya tidak ada seorang pun yang berani mengambil harta tersebut.



Keadaan Kebudayaan

Keadaan kebudayaan Kerajaan Kalingga ditandai dengan adanya Candi Bubrah, Candi Angin, Prasasti Sojomerto, dan Prasasti Tukmas.



Keadaan Agama

Keadaan agama di Kerajaan Kalingga didasarkan pada catatan I-Tsing (664-667M), pendeta Buddha Cina bernama Hwuning dan Yunki yang datang ke Holing untuk menerjemahkan kitab Buddha. Akan tetapi, kitab yang diterjemahkan sangat berbeda dengan Buddha Mahayana, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Kalingga tidak menganut agama Buddha Mahayana tetapi menganut agama Buddha Hinayana dengan aliran Mulasarastiwada.



Keruntuhan

Kerajaan Kalingga mengalami keruntuhan dikarenakan adanya serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Dengan begitu Kerajaan Kalingga dikuasai oleh kerajaan lain, akan tetapi keturunan Ratu Sima diyakini akan menjadi pemimpin besar di kerajaan terkenal, yaitu Mataram Kuno.

Materi Sejarah Zaman Hindu-Buddha Kerajaan Sriwijaya

04:52 Add Comment
Materi Sejarah Zaman Hindu-Buddha Kerajaan Sriwijaya

Letak Kerajaan Sriwijaya

Letak Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat ini terdapat tiga pendapat tentang keberadaan eksistensi Kerajaan Sriwijaya. Pendapat tersebut antara lain :

1. Pendapat Moens,
Moens mengajukan pendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di sekitar Candi Muara Takus, Riau. Hal ini didasarkan pada petunjuk rute perjalanan I Tsing dan persembahan kepada kaisar Cina berupa candi pada tahun 1003.

2. Pendapat Soekmono,
Soekmono mengajukan pendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di hilir Sungai Batanghari (antara Muara Sabak sampai dengan Muara Tembesi), Jambi.

3. Pendapat Pirre-Yves Manguin,
Pirre-Yves Manguin mengajukan pendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya terletak di antara Sungai Musi (antara Bukit Siguntang dan Sabokiking), Sumatera Selatan berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya pada tahun 1993.



Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Sumber Prasasti
1. Prasasti Kota Kapur,
Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti Kerajaan Sriwijaya yang berisikan pesan prasasti ini merupakan salah satu dari lima buah batu prasasti kutukan yang di buat oleh Dapunta Hiyan, seorang penguasa Kadatuan Sriwijaya. Prasasti ini ditemukan di daerah pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti ini dibuat saat Raja Sriwijaya sedang mengirimkan ekspekdisi ke Pulau Jawa untuk menundukan Pulau Jawa karena tidak berbakti kepada Kerajaan Sriwijaya. Namun Kerajaan yang ditaklukkan tidak dapat diketahui karena di dalam pesan prasasti ini hanya tercantum nama Bhumi Jawa.


2. Prasasti Hujung Langit,
Prasasti Hujung Langit atau memiliki nama lain Prasasti Bawang merupakan prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di daerah Haur Kuning, Lampung. Prasasti ini menyebutkan pesan pemberian tanah Sima dengan angka tahun pada prasasti 919 Saka atau 997 M. Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.


3. Prasasti Telaga Batu,
Prasasti Telaga Batu merupakan prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Kolam Telaga Biru, Palembang, Sumatra Selatan. Prasasti ini memiliki pesan bahwa adanya kutukan bagi orang yang melakukan kejahatan dan tidak taat kepada Kerajaan Sriwijaya.


4. Prasasti Ligor,
Prasasti Ligor merupakan prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Ligor, Nakhon Si Thammarat, Thailand. Prasasti ini memiliki dua sisi pahatan, pada sisi pertama disebut dengan Prasasti Ligor A atau memiliki nama lain yaitu manuskrip Viang Sa, pada sisi kedua disebut dengan Prasasti Ligor B. Prasasti Ligor A memiliki pesan bahwa Raja Sriwijaya merupakan raja dari segala raja yang ada di dunia, dan merupakan raja yang mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara. Prasasti Ligor B yang memiliki kerangka 775 M memiliki pesan tentang Visnu yang bergelar Sri Maharaja dari keluarga Sailendravamsa yang memiliki julukan Sesavvarimadavimathana (pembunuh musuh-musuh yang sombong tidak bersisa).


5. Prasasti Kedukan Bukit,
Prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, tepi Sungai Tatang, Palembang, Sumatra Selatan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920. Prasasti ini memiliki pesan bahwa suatu perjalanan Jaya Siddhayarta oleh penguasa Kerajaan Sriwijaya yang memiliki gelar Dapunta Hyang, dalam rangka ekspedisi militer untuk melakukan penaklukan di suatu daerah.


6. Prasasti Talang Tuwo,
Prasasti Talang Tuwo merupakan prasasti yang di temukan di kaki Bukit Seguntang oleh Louis Constant Westenenk pada tanggal 17 November 1920. Prasasti ini memiliki pesan bahwa Raja Sriwijaya yaitu Sang Hyang Sri Jayanaga memiliki andil dalam mendirikan Taman Sriksetra. Taman Sriksetra merupakan taman yang ditumbuhi oleh berbagai macam buah dan hasil ladang yang diperuntukan untuk masyarakat Keajaan Sriwijaya. Selain itu prasasti ini juga bersisi hukum yang diterapkan oleh Raja Jayanaga.


7. Prasasti Karang Berahi,
Prasasti Karang Berahi merupakan prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Batang Merangin, Pamenang, Jambi oleh L. M. Berkhout pada tahun 1904. Prasasti ini memiliki pesan bahwa adanya kutukan bagi orang yang tidak tunduk terhadap raja dan berbuat kejahatan. Kutukan dari prasasti ini memiliki kemiripan dengan Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.




Berita Arab
Berita Arab mengemukakan bahwa terdapat negara Zabag atau dikenal dengan Sriwijaya. Ibu Hordadheh menyatakan bahwa Raja Zabag menghasilkan emas 206 kg setiap tahunnya. Selain itu berita lain dari Alberuni menyebutkan Zabag dekat dengan Cina daripada India. Negara tersebut dikenal dengan Swarnadwipa (pulau emas) dikarenakan banyak menghasilkan emas.



Berita Cina
Berita Cina dari Dinasti Tang mengemukakan bahwa Shi-li-fo-shih (Kerajaan Sriwijaya) merupakan kerajaan yang menganut kepercaayaan Buddha yang memiliki lokasi di wilayah Laut Selatan. Selain itu berita dari Dinasti Sung mengemukakan bahwa utusan Cina sering mengunjungi San-fo-tsi, yang diyakini merupakan Kerajaan Sriwijaya.





Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi Kerajaan Sriwijaya dilihat merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Selama berabad-abad Kerajaan Sriwijaya mampu membuktikan bahwa mereka merupakan kerajaan maritim dapat menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan di wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Keadaan ini membuat Kerajaan Sriwijaya mendapatkan penghasilan melalui komoditas ekspor dan bea cukai dari kapal-kapal yang melalui pelabuhan Sriwijaya. Komoditas ekspor Kerajaan Sriwijaya antara lain berupa cula badak, buah, gading gajah, kapur barus, cendana, buah-buahan, kapas, dan wangi-wangian.



Keadaan Kebudayaan

Kebudayaan yang dihasilkan oleh Kerajaan Sriwijaya antara lain :
1. Candi Biaro Bahal,
2. Candi Muara Takus,
3. Candi Muaro Jambi,
4. Gapura Sriwijaya.




Keadaan Politik

Keadaan politik Kerajaan Sriwijaya dikendalikan oleh raja-raja yang memerintah kerajaan antara lain :
1. Raja Dapunta Hyang,
2. Raja Balaputradewa,
3. Raja Sanggrama Wijayatunggawarman.

Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya dipegang saat pemerintahan Raja Balaputradewa.




Keadaan Agama

Keadaan agama di Kerajaan Sriwijaya menganut kepercayaan Buddha, hal ini menjadikannya sebagai pusat agama Buddha di Asia Tenggara. Hal ini didukung dengan adanya bukti banyaknya biksu dan tempat pendidikan agama Buddha di Sriwijaya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya masyarakat yang menganut agama Hindu. Selain itu terdapat peninggalan prasasti yang mengandung unsur doa, ancaman, dan kutukan seperti Prasasti Palas Pasemah, Karang Berahi, dan Telaga Batu.




Keruntuhan

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Semakin jauhnya Kerajaan Palembang dari laut, sehingga menyebabkan letak kerajaan tersebut menjadi tidak strategis lagi kedudukannya sebagai tempat pelabuhan maupun perdagangan. Selain itu dibukanya Selat Berhala antara Kepulauan Singkep dengan Pulau Bangka menyebabkan jalur pelayaran tersebut lebih strategis daripada jalur pelayaran melalui Palembang.

2. Serangan militer terhadap Kerajaan Sriwijaya,

3. Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki kekuatan angkatan laut saja yang dapat diandalkan. Setelah berkembangnya kekuasaan kerajaan di Jawa Timur saat pemerintahan Airlangga. Kerajaan Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia di wilayah bagian timur. Sedangkan Kerajaan Sriwijaya memegang di wilayah Indonesia bagian barat.

4. Keadaan alam yang berubah yaitu sejumlah anak sungai yang membawa lumpur sehingga diendapkan di sekitar Palembang, menyebabkan posisi kerajaan menjauh dari laut, sehingga kapal dan perahu sulit untuk mendekat.

Materi Sejarah Zaman Hindu-Buddha Kerajaan Tarumanegara

00:30 Add Comment
Materi Sejarah Zaman Hindu-Buddha Kerajaan Tarumanegara

Letak Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara memiliki lokasi di tepi Sungai Cisadane, sekitar Bogor, Jawa Barat. Secara etimologi kata taruma berhubungan dengan kata tarum yang memiliki arti nila atau biru, hingga sekarang nama taruma masih digunakan sebagai nama sungai yaitu Sungai Citarum ( ci memiliki arti sungai )




Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Sumber Prasasti
1. Prasasti Jambu,
Prasasti Jambu atau memiliki nama lain Prasasti Pasir Kolengkak merupakan prasasti Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan pada tahun 1854 oleh seorang ahli yaitu Jonathan Riff yang ditemukan di sekitar perkebunan jambu di kampung Pasir Gintung, Parakanmuncang, Nanggung, Bogor. Di dalam prasasti ini tertulis dua kalimat menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta dengan isi yang menjelaskan keagungan dan kehebatan Raja Purnawarman sebagai pemimpin Kerajaan Tarumanegara.


2. Prasasti Tugu,
Prasasti Tugu merupakan prasasti Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di kampung Batutumbuh, desa Tugu, Koja, Jakarta Selatan. Prasasti ini ditemukan oleh P. de Roo de la Faille pada tahun 1911. Prasasti ini memberikan informasi tentang pembuatan dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman dan Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru. Pembuatan sungai ini dimaksudkan untuk mencegah banjir pada saat musim hujan yang sering terjadi di wilayah kerajaan, selain itu pembuatan sungai ini juga dimaksudkan untuk mencegah bencana kekeringan pada musim kemarau.


3. Prasasti Ciaruteun,
Prasasti Ciaruteun merupakan prasasti Kerajaan Tarumanegara yang ditulis dalam aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka dengan menggunakan bahasa Sansekerta. Di dalam prasasti ini terdapat beberapa gambar antara lain laba-laba, gambar umbi, sulur-suluran, dan telapak kaki. Sepasang telapak kaki di dalam prasasti tersebut mengibaratkan seperti kaki Dewa Wisnu, yang mana telapak kaki tersebut merupakan telapak kaki Purnawarman yang merupakan raja di Kerajaan Tarumanegara yang gagah dan berani.


4. Prasasti Lebak Munjul,
Prasasti Lebak Munjul atau memiliki nama lain Prasasti Cidanghiyang merupakan satu-satunya prasasti yang mendukung informasi Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di wilayah Pandeglang. Prasasti ini ditemukan oleh Toebagus Roesjan pada tahun 1947 di daerah tepi Sungai Cidanghiyang, desa Lebak, kecamatan Munjul, Pandeglang. Prasasti ini memuat informasi tentang keagungan Raja Purnawarman yang ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta yang disusun dalam seloka metrum Anustubh.


5. Prasasti Kebon Kopi,
Prasasti Kebon Kopi merupakan prasasti Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan oleh seorang penebang hutan pada abad ke-19 dalam rangka untuk membuka daerah untuk budidaya kopi di daerah Kampung Muara, Ciareteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Hingga saat ini, Prasasti Kebon Kopi masih tetap berada di tempat pertama kali ditemukan. Prasasti ini ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta serta terdapat pahatan telapak kaki gajah.


6. Prasasti Pasir Awi,
Prasasti Pasir Awi atau memiliki nama lain Prasasti Cemperai yang merupakan salah satu yang menunjukan eksistensi Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864 di daerah lereng selatan bukit Pasir Awi, Cipamingkis, Sukamakmur, Bogor. Prasasti ini hanya berisi pahatan gambar ranting, daun, dahan, dan buah-buahan, serta sepasang telapak kaki.


7. Prasasti Muara Cianten.
Prasasti Muara Cianten atau memiliki nama lain Prasasti Pasir Muara adalah prasasti yang memberikan informasi tentang Kerajaan Tarumanegara yang mana berisi pesan bahwa pada 854M pemerintahan kerajaan ini telah dikembalikan ke Kerajaan Sunda. Prasasti ini ditemukan pada 1864 oleh N.W. Hoepermans di tepi Sungai Cisadane.



Sumber Kronik Cina
1. Berita Fa-Hien,
Fa-Hien merupakan pendeta yang berasal dari Cina yang pernah singgah di Kerajaan Tarumanegara pada tahun 414 M selama lima bulan. Fa-Hien menyatakan bahwa masyarakat disana menganut agama Hindu, Budha, dan agama rakyat (roh nenek moyang).


2. Berita Dinasti Tang,
Berita ini menyatakan bahwa di sebelah tenggara Cina terdapat kerajaan yang memiliki nama To-lo-mo. Kerajaan tersebut pada 528, 538, dan 666 M pernah mengirimkan utusan ke Cina. Kerajaan To-lo-mo yang dimaksud ialah Kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan berita ini diperkirakan sudah terjadinya hubungan diplomatik antara Cina dengan Kerajaan Tarumanegara.

Keadaan Sosial

Keadaan sosial yang terjadi di Kerajaan Tarumanegara diperkirakan terdapat pembagian golongan yaitu golongan istana dan golongan masyarakat biasa. Golongan istana terdiri atas Brahmana, raja, dan keluarga kerajaan. Sedangkan golongan masyarakat biasa antara lain seperti petani, pedagang, dan peternak.



Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi yang terjadi di Kerajaan Tarumanegara diperkirakan sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah petani dan pedagang. Hal ini juga didukung dalam berita Fa-Hien pada abad ke-5 diketahui bahwa penduduk masyarakat Kerajaan Tarumanegara memiliki mata pencaharian dalam bidang peternakan, pertanian, perburuan binatang, perdagangan cula badak, perak, dan kulit penyu. Hal ini juga didukung dengan adanya Sungai Chandrabhaga yang di bangun selama 21 hari dengan panjang 12 km yang diperuntukan untuk transportasi, pencegah banjir, dan kegiatan pertanian.



Kepercayaan 

Kerajaan Tarumanegara menganut kepercayaan agama Hindu-Buddha berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan. Hal ini didukung dengan hubungan erat antara raja dan Brahmana.



Keruntuhan

Keruntuhan yang dialami Kerajaan Tarumanegara belum diketahui secara pasti, akan tetapi Kerajaan Tarumanegara masih mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 669 M, setelah itu sudah tidak diketahui lagi keberadaannya. Diperkirakan Kerajaan Tarumanegara ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya berdasarkan informasi yang dimuat Prasasti Karang Berahi. Namun terdapat pendapat lain juga Kerajaan Tarumanegara runtuh akibat perbedaan keyakinan.

Materi Sejarah Zaman Hindu-Buddha Kerajaan Kutai

01:04 Add Comment
Materi Sejarah Zaman Hindu-Buddha Kerajaan Kutai

Letak Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan yang menganut ajaran Hindu tertua yang terletak di Nusantara. Kerajaan ini didirikan sekitar abad ke-4. Letak kerajaan ini berada di hulu Sungai Mahakam, Muara Kaman, Kalimantan Timur. Nama Kutai diberikan berdasarkan tempat ditemukan prasasti yang menjelaskan eksistensi kerajaan tersebut oleh para ahli yang menemukannya di daerah Kutai. Hal ini dikarenakan tidak adanya prasasti yang menyebutkan nama kerajaan dan sedikitnya informasi yang diperoleh.


Sumber Sejarah Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai memiliki sumber sejarah berdasarkan 7 buah yupa yang ditemukan. Yupa merupakan sumber utama yang menjelaskan eksistensi Kerajaan Kutai. Yupa adalah sebuah tiang yang terbuat dari batu digunakan untuk mengikat korban berupa hewan atau manusia yang ditujukan untuk persembahan kepada dewa-dewa. Di dalam yupa tersebut juga terpahat ukiran rangkaian tulisan yang menjadi informasi yang menjelaskan Kerajaan Kutai.


Budaya Kerajaan Kutai

Hasil dari perkembangan kebudayaan Kerajaan Kutai sangat erat kaitannya dengan agama atau kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Kerajaan Kutai. Salah satu hasil kebudayaannya adalah 7 buah prasasti yupa yang ditemukan oleh para ahli.



Keadaan Politik, Ekonomi, dan Sosial Kerajaan Kutai

Dalam prasasti yupa yang ditemukan menyebutkan bahwa raja pertama dari Kerajaan Kutai adalah Kudungga. Kudungga yang merupakan nama asli Nusantara saat itu memperlihatkan juga ia bukanlah pendiri keluaraga kerajaan. Selain informasi tersebut, juga disebutkan informasi tentang pemerintahan kerajaan pada masa Asmawarman yang dilakukan upacara Asmawedha, yaitu upacara pelepasan kuda dalam rangka untuk menentukan batas-batas wilayah Kerajaan Kutai.

Dalam isi yupa yang lain menyebutkan Raja Kudungga digantikan oleh putranya, yaitu Aswawarman kemudia digantikan oleh cucunya yaitu Mulawarman. Masa kejayaan Kerajaan Kutai saat pemerintahan dipegang oleh Raja Mulawarman.




Keruntuhan

Berdasarkan informasi yang terdapat dalam yupa menyebutkan Kerajaan Kutai dipegang oleh Kudungga lalu digantikan Aswawarman dan digantikan oleh Mulawarman. Setelah masa itu tidak diketahui lagi raja yang memerintah selanjutnya dikarenakan keterbatasan informasi.